Beberapa hari ini, kita di Indonesia kembali dibuat heboh dan was-was karena adanya kabar hasil penelitian IPB terhadap susu formula yang ada di Indonesia. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2006 tersebut menemukan bahwa terdapat 19 merk susu formula yang terkontaminasi bakteri yang bernama Enterobacter sakazakii.
Enterobacter sakazakii | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Kultur bakteri Enterobacter sakazakii. | ||||||||||||
Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||
| ||||||||||||
Nama binomial | ||||||||||||
Enterobacter sakazakii (Farmer et al. 1980)[1] |
Enterobacter sakazakii merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif, berbentuk koliform (kokoid), dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Sampai tahun 1980 E. sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter cloacae berpigmen kuning.
Pada tahun 1980, bakteri ini dikukuhkan dalam genus Enterobacter sebagai suatu spesies baru yang diberi nama Enterobacter sakazakii untuk menghargai seorang bakteriolog Jepang bernama Riichi Sakazakii. Reklasifikasi ini dilakukan berdasarkan studi DNA hibridisasi yang menunjukkan kemiripan 41% dengan Citrobacter freundii dan 51% dengan Enterobacter cloacae.
Habitat dan Sumber Penyebaran
Enterobacter sakazakii bukan merupakan mikroorganisme normal pada saluran pencernaan hewan dan manusia, sehingga disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus dan lalat merupakan sumber infeksi. Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan (pabrik susu, coklat, kentang, sereal, dan pasta), lingkungan berair, sedimen tanah yang lembab. Dalam beberapa bahan makanan yang potensi terkontaminasi E. sakazakii antara lain keju, sosis, daging, cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk.
Bahaya Kesehatan
Laporan mengenai infeksi E. sakazakii menunjukkan bahwa bakteri ini dapat menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi. Kelompok bayi yang memiliki resiko tertinggi terinfeksi E. sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Enterobacter sp. merupakan patogen nosokomial yang menjadi penyebab berbagai macam infeksi termasuk bakteremia, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih infeksi dalam perut, radang jantung, radang sendi, osteomyelitis, dan infeksi mata.
Angka kematian akibat infeksi E. sakazakii mencapai 40-80%. Sebanyak 50% pasien yang dilaporkan menderita infeksi E. sakazakii meninggal dalam waktu satu minggu setelah diagnosa. Hingga kini belum ada penentuan dosis infeksi E. sakazakii, namun sebesar 3 cfu/100 gram dapat digunakan sebagai perkiraan awal dosis infeksi.
Kepala Departemen Mikrobiologi Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Palembang, DR. dr. H. Yuwono, M.Biomed. mengatakan bahwa memang benar bayi dan anak, terutama usia preschool dan school, rentan terinfeksi kuman yang satu ini, karena sistem pencernaan yang belum sempurna. Namun pada usia 13 hingga 18 tahun akan terjadi akselerasi imun yang menunjukkan peningkatan reaksi imun terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
dr. Yuwono menganjurkan untuk menghindari makanan yang diawetkan dan minum susu sebaiknya dengan teknik pasteurisasi yang tepat, menggunakan air dengan suhu 70 derajat celcius. Dan harus diperhatikan, 90 persen perilaku tergantung hand -hygiene, bukan sekedar hand-washing, karena kebersihan kuku juga harus diperhatikan.
Sumber : Wikipedia dan berbagai sumber lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar